Inilah Kisah Sebenarnya Tentang Inak Ami-Kim Sekotong.
Inak Hamidah,(58 th) sosok perempuan tangguh dan pekerja keras. |
Kimsekotong.com,-Inak Hamidah (58 th) atau sehari hari di panggil Inak (Ibu:Sasak) Ami, merupakan sosok perempuan yang tangguh dan pekerja keras.Karena tidak mau merepotkan orang lain,ia sehari hari berjualan jagung bakar di depan Alfamart Sekotong. Ia berjualan jagung bakar mulai habis sholat asar,hingga menjelang magrib.
Perempuan paruh baya yang beralamatkan di Dusun Gunung Anyar Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat ini,juga di kenal sangat tertutup dengan penyakit yang di alaminya.
Di samping itu,ia takut di suntik apalagi di operasi.
"Terkait masalah warga kami Inak Ami,memang selama ini beliau tidak pernah cerita masalah penyakitnya.Karena selama ini sampai sekarang,beliau terlihat sehat-sehat saja.Bahkan setiap hari saya ketemu sama beliau,tertawa dan bergurau sama saya,"tutur Kadus Gunung Anyar,Masnun,saat menceritakan keseharian Inak Hamidah.
Masnun juga menuturkan,bahwa Inak Hamidah tidak pernah mengeluh sakit dan tidak tahu kalau dirinya sakit."Bahkan tadi malam beliau datang kerumah.Tetapi beliau tidak bercerita tentang penyakitnya,selain bercerita soal urusan surat pindah keluarganya yang baru pulang dari Riau,"kata Masnun. Kisah penyakit yang di derita Inak Hamidah di ketahui melalui postingan media sosial salah seorang netizen di facebook.Postingan tersebut mendapatkan beragam respon serta di share puluhan kali.
Saat media ini berkunjung ke rumah Inak Emi untuk memastikan kebenaran informasi tersebut,Minggu(05/07/2020) Sekitar pukul 15:00 Wita.Dengan di antar kadus Gunung Anyar,
Kim Sekotong menemui Inak Ami tengah duduk di teras rumah keluarganya yang belum selesai di bangun.
"Lamun setiep jelo tiang ndot lek te,Bale sak nike jak bale peninggalan,ndekne kanggo te rubah.Sereanne sede daripada te bongkar, (Setiap hari saya tinggal di sini (rumah bertembok),
sedangkan rumah yang satunya itu merupakan rumah peninggalan yang tidak boleh di rubah,"tuturnya dalam bahasa sasak.
Terkait dengan penyakit berupa benjolan di perutnya,Inak Ami menceritakan bahwa sudah lama di deritanya.Hanya saja ia tidak merasakan suatu gelaja sakit.Jikapun ada gejala,paling paling rasa sakit ringan saja.Karena benjolan di perutnya tidak mengganggu aktifitasnya,Inak Ami pun setiap hari mangkal berjualan jagung di pertigaan sekotong.
Namun sejak seminggu belakangan ini,sosok perempuan yang di tinggal mati sang suami beberapa tahun silam tersebut,tidak terlihat di berjualan."Sejak seminggu niki ndekke wah bedagang,awakke beridap panas (Sejak seminggu lalu saya tidak berjualan,karena tubuh saya panas,"tuturnya.
Inak Ami juga menuturkan bahwa ia jarang memeriksakan diri ke Puskesmas, karena takut di suntik atau di operasi. "Lamun laek jak tiang takut te suntik dait operasi.Laguk lamun mangkin jak ape jak te uni,sik penting ke sehat. Laguk lamun arak owat adekte ndak te suntik atau te operasi,boyaangte,(Kalau dulu saya takut di suntik dan di operasi.Tetapi kalau sekarang,apa boleh buat,yang penting saya sehat.Tapi kalau ada obat agar saya tidak di suntik atau operasi,supaya di carikan,"
ungkap perempuan 3 anak ini.
Inak Hamidah Bersama Kadus Gunung Anyar,Masnun. |
Selama ini menurut keterangan kadusnya,ia pernah di berikan Kartu BPJS dari pemerintah.Namun kartu tersebut jarang di gunakannya berobat di puskesmas.Selain karena takut di suntik,juga karena ia terbiasa berobat secara tradisional (obat sasak)."Arak kartu BPJS tiang,cume ye telang te kongkok isik begang (ada saya punya kartu BPJS,cuma sudah lama hilang di bawa tikus),"ucap Inak Hamidah.
Sementara itu Kepala Desa Sekotong Tengah,Lalu Sarappudin,ketika di konfirmasi terkait dengan tempat tinggal warganya tersebut, ia menjelaskan bahwa Inak Ami sudah lama tinggal di rumah keluarganya.Dimana Inak Ami di suruh menempati rumah tersebut,selama keluarganya itu belum pulang merantau dari Riau.Selain itu juga, sudah sering pula di usulkan oleh kadusnya untuk mendapat RTLH.Namun yang bersangkutan tidak memiliki tanah."Tahun ini Desa Sekotong Tengah mendapatkan 35 unit RTLH dari Perkim Lombok Barat,silahkan Inak Ami bisa di daftarkan untuk mendapatkan bantuan.Namun karena syarat penerima RTLH dari Perkim tersebut adalah memiliki tanah milik pribadi,nanti kita atur teknisnya bersama anak-anaknya,"jelas Lalu Sarappudin.(sid).
Posting Komentar untuk "Inilah Kisah Sebenarnya Tentang Inak Ami-Kim Sekotong. "