Kumpulan Puisi Tentang Sekotong 10 Tahun Lalu,Dilengkapi Foto-Foto Tempat Wisata Terindah Dan Memukau.
Pantai Mekaki Sekotong Lombok Barat |
SEKOTONG DULU DAN KINI
Sekotong itu hutan,katamu
Buminya kering,pohon pisang tumbuh di jalan berlubang,tetapi
Pernahkah kau lihat laut dan pantainya?
Kilau emas dan mutiara
Apakah yang berkurang?
Bicara tentang sekotong
Bicara emas
Bicara tentang penambang
Kemakmuran
Suka juga duka
Adakah yang berkurang?
Kampung sepi dari ikatan
Masjid sepi dari jamaah
Kandang sepi dari kehilangan
Keluarga sepi dari kekurangan
Adakah yang berubah?
Orang kota ke sekotong
Pulang bawa batu
Orang sekotong masuk kota
Pulang bawa istri baru
Sekotong,2009
Bukit Pengantap Sekotong |
BUNG…AYO KE SEKOTONG!
Tuhan bosan mendengar bumi sekotong
Ditertawakan
Orang-orang miskin kurang ilmu
Udik
Tetapi sekarang
Datanglah kesekotong
Ini kerah baju terbuka
Itu gunung bukan batu isinya
Jika bosan hidup miskin di kampungmu
Datanglah
Bawa palu,betel,linggis dan karung
Masuklah kelubang sisalim
Tak perlu jadi pegawai bank
Untuk jadi kaya
Cukup punya nyali,ambillah
Sepuluh juta sehari kecil ukuran kami
Jika bosan memakan biji padi,kemarilah
Siapkan kain kafan,masuklah kelubang malaekat
Sudah berapa nyawa terkubur disitu
Tak ada yang mau tahu
Barangkali juga bung mau berhenti waras
Jual sawah ladangmu jadi modal
Jika tak bernasip baik,pulanglah
Sudah berapa pengeloyong asing masuk kampung
Jadi pengemis
Berbulan-bulan masuk lubang,tak ada biaya pulang
Dari jalan selaparang kulihat dua kijang sepeda motor
Keluar dari dealer
Kesekotong seperti menjual kerupuk
Sekotong,2009
Dermaga Tawun Desa Sekotong Barat |
PERAWAN DESA DAN AKU
Sekotong
Engkau adalah perawan desa dengan lesung pipi
Kemolekanmu menawan pemuda kota
Untuk mencicipi wangi tubuhmu
Tetapi
Aku adalah tanahmu,menyebarkan aroma lumpur
Sebagai tanda
Jika dari otak fikir tak digunakan
Aku adalah lautmu,memuntahkan tsunami
Hingga luluh lantak jerih payahmu
Jika berharta,kau enggan berbagi
Aku adalah matahari,menghanguskan ladangmu
Hingga sumur dan sungai airnya tinggal setetes
Jika dari masjidmu sepi kumandang zikir dan tafakkur
Sekotong
Aku adalah tubuhmu
Menjadi air jika terbakar
Menjadi api bila ingkar
Aku adalah angin,,mencoba menerbangkan
Daun-daun kering di tanahmu
Menggugurkan daun jati
Menjadi pupuk dibumimu yang tandus
Sekotong,2009
SARJANA MUDA
“Selamat kau telah sarjana ,anakku
Kami bangga padamu
Meskipun sawah kita tak punya,apalagi kerbau
Terjual agar kau sarjana anakku
Kupandangi keluguan wajah petani
Ayahku
Menyelami ambisi zaman
Selembar ijazah adalah kesuksesan
Selembar ijazah adalah pekerjaan
Selembar ijazah adalah pengabdian dikantor-kantor
Pemerintah
Selembar ijazah adalah uang berlimpah
Ayah,engkau terlalu lugu
Engkau harus tahu ribuan sarjana lahir setiap tahun
Jutaan lembar ijazah dicetak
Hanya memperpanjang barisan pengangguran
Dibumi indnesia ini
Engkau harus tahu ayah
Kami tidak butuh ijazah karena membuat susah
Yang kami butuh adalah upah
Upah lelah
Upah sekolah
Apa artinya sarjana kalau menganggur
Apa artinya ijazah kalau Cuma jadi alas tidur
Lobar,2010
Bukit Geresak Desa Sekotong Barat
PUKUL 20:10
20:10
Usiaku dua puluh kurang satu tahun
Jika betina,rahimku telah siap
Menerima kapal yang berlabuh
Seorang pelaut tangguh
Hingga aku menjadi ibu
20:10
Usiaku tiga puluh kurang dua tahun
Sebagai pejantan aku telah siap membuahi
Sekuntum bunga
Kelelakianku meluapkan
Banjir lumpur yang subur,akhirnya
Aku menjadi ayah
20:10
Usiaku tujuhpuluh kurang tiga thun
Sebagai manusia hidup,siap menunggu mati
Sebagai rakyat aku tak lagi produktif
Otot-otot kekar mengerut
Masa muda pergi
Beringsut menatap senja yang turun di
Panti jompo
20:10
Aku bukan lagi pejantan tangguh
Aku bukan sekuntum melati
Tapi kami pernah muda
Muda dan gaya
Lobar,2010
Pantai Gili Genting Desa Sekotong Barat
GENERASI PASRAH
Sejenak melepas lelah
Hari-hari menyemai benih resah
Dan gundah
Tanah merekah
Menunggu hujan tercurah
Sejenak melepas lelah
Ketika tanah merekah
Menambah susah
Menjadi ahli waris kemiskinan ini sumber masalah
Anak –anak tak sekolah
Belajar mengendarai bajak disawah
Menanam masa depan dari biji padi dengan pasrah
Sejenak melepas gundah
Haruskah kan kuwariskan kemiskinan ini lagi
Pada generasi pasrah
Menanam masa depan disawah
Sejenak melepas resah
Melihat sawah
Membongkah
Menunggu hujan tercurah
Lobar,2010
Embung Telaga Lebur Desa Sekotong Tengah
IBU
Ibu
Air susumu sejernih air zam-zam
Sesuci masjidil haram
Kureguk bersama bait demi bait sholawat badar
Yang kau dendangkan
Mengajariku membaca firman-firman ilahi,tetapi
Aku belum sempurna menerjemahkannya
Ibu
Kubentangkan sajadah dimalam sunyi
Dalam mi’rajkuu
Kuketuk pintu sorga tuhanku,dengan do’a
Semoga sorga itu untukmu
Atas lelahmu merawatku,sewaktu kumasih menyusu
Kumau kau tahu ibu
Sebersih apapun kubasuh telapak kakimu
Dengan air salju
Atau kurawat tubuhmu dengan lulur
Setiap pagi
Terlalu murah membayar kecintaanmu
Dengan itu
Ibu
Kutahu cintamu sebesar cinta matahari kepada bumi
Seperti cinta rasul kepada kami
Ummati,ummati,ummati
Meski kau tahu
Aku tak sebakti yang ibu mau
Meski rasulullah tahu
Umatnya tak secinta yang beliau punya
Ibu
Sajak inipun kutulis
Membuktikan sejumput cintaku
Tak sepadan cintamu kepadaku
Lobar,2010
Pantai Gili Gede Indah |
CINTAMU KUKEJAR HINGGA KELIANG LAHAT
Kepada mbak endang susilawati
Sangkamu hujan emas dinegeri nabi
Hujan batu dinegeri sendiri
Cinta yang kita semai bersemi
Menunggu panen setahun sekali
Air mataku mengantar kau keselaparang
Kesetiaanku ditempa jadi besi atau baja
Tiga tahun
Kontrak TKWmu kau tanda tangani
Berbekal restu orang tuamu
Dan kaumau
Namun
Kurawat cintaku dipulau Lombok
Tak kutahu semekar apa disana
Surat-suratmu kuterima dalam Tanya
Tentang gaji yang belum kau terima
Tentangmajikan
Tentang jam kerja
Tentang aku kau belum pernah Tanya
Pernikahan kita apalagi
Hingga tanah ini memanggilmu kembali
Terbaring dibawah kemboja
Kami tak tahu sebab apa kau mati
Batu nisanmupun membisu
Menjagamu
Lobar,2009
Bukit Loang Landak Sekotong Barat
GURU HONORER
( Semangat pagi pak guru )
Dunia pendidikan dan
Pengajaran
Menitipkan padaku hurup demi hurup agar dapat
Kurangkai dan kubaca petuah langit
Dan bumi
Pengabdian tanpa gelar,tanpa lencana
Hanya seragam usang bicara
Inilah yang aku punya
Anak-anakku
Penerus generasi
Teruslah merangkai hurup dan angka
Cari ilmu dan kaji
Bekal hidupmu
Meski kami
Bapak dan ibu gurumu
Mengayuh perahu tak berdayung
Menangkap ikan tak berpancig
Tetapi perahu haruslah terus didayung
Pagi dan petang
Hingga generasi lahir
Membaca
Mengkaji
Menulis
Hingga angka buta aksara
Tinggal senoktah pada peta
Sekotong 2009
Pantai Tanjung Beberak Mekaki Desa Pelangan
IBUKU PEDAGANG BAKULAN
( Untung seribu Alhamdulillah )
Kerentaannya menyusuri pintu demi pintu
Dusunku
Dipenghujung siang itu
Seikat bawang merah,terasi dan beberapa ekor pindang
Garam gula dan penyedap rasa
Bermodal tiga puluh ribu
Mencoba meretas jalan bahagia
Begitulah ibuku
Dibakulnya tiga adikku menagih masa depan
Yang dibangun digubuk lapuk
Tanpa tiang
Dan sisa tanah warisan
Bagi ibuku
Ada yang lebih berharga dari intan permata
Tiga anak buah cinta mereka
Dibakulnya lima tahun,empat tahun,tiga tahun,usia kami
Digantungkan
Setiap hari dari pintu kepintu
Ibuku bermodal tiga puluh ribu
Bersenandung hingga magrib menyeru
Berwudhu
Bersujud
Berdo’a
Tuhan
Seribu rupiah rizki hamba hari ini
Cukupkan kami
Dengan seribu rupiah ini
Untuk esok hamba meminta tak banyak
Seribu rupiah juga
Asal berkah
Amiin yaarabbal alamin.
Sekotong 2009
Goa Loang Landak Desa Sekotong Barat
JOGED ALE-ALE
( Penghibur kaum pinggiran )
Dari kampung ke kampung
Dari pesta ke pesta
Kujalani garis takdir,bersahabat dengan malam
Bunga sedap dipandang
Dalam remang malam
Tuan terhibur
Tuan bahagia
Tuan tertawa
Aku terus menari
Tuan semakin bahagia,terhibur
Dan lelah tertawa
Saweran diselipkan di beha
Tuan bahagia
Aku bernyanyi
Tuan terhibur
Aku lelah tuan tertawa
dari kampung kekampung dari pesta kepesta
Oleh kami tuan terhibur
Agar sudi mengundang pesta lagi
Sekotong 2009
Terassering Batu Perau Desa Cendi Manik |
NTB BERSAING
( Buat Bang Farid Tolomundu )
Aku orang NTB (Nasib Tidak Baik )
Adalah kami penderita busung lapar
Serupa ayam sengsara dilumbung pangan
Menjadi headline berita
Malu,foto kami terpampang dikoran ibu kota
Aku orang NTB (Niat Tidak Baik )
Adalah menara-menara masjid
Kaku dan sepi disetiap penjuru desa dan kota
Berpacu
Tiang-tiang tegak kokoh berjamaah
Menantang umat memperbanyak shaf
Luruskan dan rapatkan
Aku orang NTB(Nasib Tetap Buruk )
Miskin usia hidup sebab jatah cuma 60,5 tahun
Aduhai….usiaku kini 50 tahun,berapa usia ibadahku?
Umuruku barangkali penuh nasib baik
Kucoba mengintip bilik sorga
Kudata berapa orang NTB disana
Sepi
Sebab usia habis untuk kawin cerai
Mengurus majikan
Bertarung diladang-ladang sawit
Kucoba minta data pada malaekat malik
Berapa orang NTB disana
Astagfirullah al aziim,aku lupa
Kalkulatorku Cuma bisa delapan angka
Aku orang NTB(Nasib tentu baik )
Berkaca pada orang biasa yang tak biasa
Serasa ini dada sesak mau pecah
Kebanggaan menyirnakann airmata
Pada tekad dan semangat
Ada petromak bersinar di ijo balit
Dan sumber inspirasi yang tak sempat
Dicatat
Ditimur pelangi melukis langit dana mbojo dana mbari
Sabalong samalewa
Secercah harapan menyambut pagi
Di provinsi sekeping sorga dibumi
Derita memang harus dimusnahkan
Harapan dan cita-cita teruslah diperjuanngkan
Selagi masih kokoh bumi dipijak
Nasib tentu berubah(NTB)
Nasib tentu baik(NTB)
Lobar2010
ER-A-BE
Kususun erabe sebagai orang miskin
Seperti para pejabat menyusun RAB untuk orang miskin
Namun orang miskin masih berlipat
Kususun erabe sebagai orang miskin
Cukup hanya dengan raskin 10kg/bulan
BLT dan jamkesmas
Atas semua itu ajarilah kami bersyukur dan mengucap
Terima kasih kepada tuhan dan juga kepada kalian
Para anggota eksekutif dan legislatif
Atas semua kebijakan memerangi kaum kami
Agar kami tidak kufur dan tak tahu berterima kasih
Kami ikhlas jadi orang miskin
Seikhlas-ikhlasnya
Sebagaimana kami juga tidak ikhlas,pajak kami
Dicuri gayus tambunan
Kami bersabar jadi orang miskin
Sesabar-sabarnya
Sebagaimana kami tidak sabar
Melihat para koruptor dibui
Kami juga mau dihina jadi orang miskin
Semau-mau kalian
Sebagaimana kami juga mau dibantu,dibina,dipekerjakan
Orang-orang kaya
Mudah-mudahan bisa kaya,kayak sampean
Yang kami tidak mau
Setidak-tidak mau disebut pemalas
Kami bekerja,banting tulang siang-malam, tetapi
Kami belum juga bisa kaya
Kurang apa kami bekerja
Untuk korupsi
Mohon maaf kami kaum miskin masih punya malu
Mei 2011
INDOTAN ,SELAMAT DATANG
(Suara rakyat yang tak dianggap)
Akhirnya kau datang jugadi tanah kami
Dan kami juga barangkali menerima
Sebab bapak-bapak kami mau
Tahu apa yang kaumau
Tahu apa yang kamimau
Kami tidak tahu
Ditangan kirimu kau bawa apa
Ditangan kananmu kau berbuat bagaimana,ketahuilah
Kami sudah miskin turun temurun
Jangan tambah lagi penderitaan ini
Mulut kami terkunci puluhan tahun
Jangan jahit lagi mulut ini
Ditanganmu
Ditangan bapak-bapak kami dan
Juga tangan tuhan
Kami serahkan
Hanya menunggu dan tak tahu apa-apa
Bumikami kaya,,tanah air kami subur
Mungkinkah kami miskin
Tuan guru kami banyak,birokrat kami segudang
Kitab hukum kami tebal
Mungkinkah kami dibodohi
Selamat datang
Kami tak bisa mencegah,serupa Abdul Muthollib
Menyerahkan Baitullah kepada Allah
Sewaktu akan diserang Raja Abrahah
Biarlah tanah,laut,cuaca iklim,sungai
Berbicara
Membela diri
Nurani kami bicara ketika bumi terban
Cuaca tak bersahabat
Air tercemar
Dan anak cucu kami terkapar jadi korban
Kalau tidak
Kami akan bertapa jadi resi
22 juni 2011
Posting Komentar untuk "Kumpulan Puisi Tentang Sekotong 10 Tahun Lalu,Dilengkapi Foto-Foto Tempat Wisata Terindah Dan Memukau."