Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Inspiratif Para Petani Berbeda Keyakinan Di Dusun Serero Sekotong Lombok Barat.

Indahnya Toleransi Antar Agama Islam Dan Budha Di Dusun Serero.

Saling berboncengan antara Ust.Syamsuddin Dan Amaq Dinuk.
Dusun Serero merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Sekotong Tengah Kecamatan Sekotong Lombok Barat.Dusun ini terletak di daerah perbukitan,jaraknya kira kira 5 kilometer dari pusat pemerintahan desa.Menuju Dusun Serero,kita akan melewati jalan yang menanjak dan berbatu,hanya dibeberapa titik yang parah saja dilapisi rabat beton.

Di Dusun Serero terdapat sekitar 250 KK dengan mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah petani.Di dusun ini ada 2 kelompok keyakinan yang berbeda,yaitu muslim dan budha.Dimana penduduk aslinya mayoritas muslim,sedangkan penganut budha berasal dari Dusun Ganjar Desa Mareje Kecamatan Lembar.Mereka berdomisili di Dusun Serero sejak puluhan tahun lamanya.

Tak sekalipun pernah tersiar kabar terjadinya konflik yang dipicu oleh perbedaan keyakinan.Bahkan mereka hidup rukun,bertetangga,saling membantu dan hidup bergotong royong.Tanpa membeda bedakan diri berdasarkan agama dan keyakinan.

Semangat Gotong Royong Warga Dusun Serero.
Amaq  Cemis,demikianlah nama seorang petani di dusun ini.Ia merupakan seorang penganut Agama Budha yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat beragama.Sehingga setiap perbedaan,selalu dilaksanakan dengan bermusyawarah.Dan konon,Amaq cemis dijadikan tokoh Agama Budha di Dusun Serero Timur.
Saking lamanya berdomisili di dusun ini, mereka sempat menapaki jejak cangkulnya dalam pembuatan jalan setapak.Jalan yang menghubungkan Dusun Serero yang kini berubah menjadi jalan kabupaten,meskipun belum diaspal.Disamping itu,Amaq Cemis juga dikenal sebagai petani yang sangat berpengaruh dalam bidang keamanan dusun,sehingga ia sangat disegani.

Petani Budha lainnya yang sangat dikenal pekerja keras dan tekun adalah Amaq Dinuk.Ia dikenal sebagai sang pembajak sawah,dimana bajak dan cangkul menjadi sarapan paginya.Kesehariannya dilalui dengan tekun mengerjakan sawah warga,tempat dimana ia disuruh membajak dengan menerima upah yang setimpal.Konon juga,jika Amaq Dinuk minum kopi,tak sedap jika tidak memakai cangkir bermotif bunga. 

Begitu juga ketika mereka diundang dalam hajatan warga setempat, mereka selalu menyesuaikan diri.Ketika ada acara keagamaan atau budaya,para petani di dusun yang berbeda keyakinan ini saling mengundang.Apabila petani muslim yang mengundang,petani penganut agama budha di suguhkan hidangan layaknya secara muslim.Tetapi ketika ummat muslim yang diundang,mereka memisahkan bahan dan peralatan jamuan yang digunakan.Demi untuk menjaga perasaan tamunya.

Diceritakan juga oleh H.Sarimah asal Dusun Telaga Lebur,yang memilih tinggal jauh ditengah hutan bersama istrinya.Mereka berdua tinggal di huma,sambil menjaga tanaman.Diceritakan Haji Sarimah,ketika ia pulang ke kampungnya untuk menunaikan sholat jum'at di masjid yang cukup jauh dari tempat ia tinggal.Para tetangganya sesama petani yang non muslim,menawarkan diri untuk menjaga rumah dan hewan ternak,sampai ia kembali ke huma.

Juga ada kisah nyata,ketika ada seorang guru yang mengajar di dusun terpencil serero.Ketika tiba waktu sholat zuhur,sang guru mampir ke rumah warga untuk numpang sholat.

Sumber foto:Facebook.
Sang guru ini tidak tahu,bahwa rumah warga tempat ia singgah tersebut seorang non muslim.Ia pun disiapkan air untuk berwudhu.Ketika ia meminjam sajadah sebagai alas sholat.Si empunya rumah bingung,kemana ia harus carikan.Maka pergilah si tuan rumah, meminjamkan sajadah ke rumah tetangga muslim yang jaraknya cukup jauh.Hanya demi agar tamunya ini dapat melaksanakan sholat zuhur.Dari situlah kemudian,Pak guru  tersebut tahu,bahwa si empunya rumah ternyata seorang penganut Agama Budha.

Toleransi beragama di dusun serero telah berlangsung puluhan tahun.kehidupan warga tersebut diatas mencerminkan akan kerukunan dan ketekunan umat beragama Islam dan Budha yang ada di dusun Serero yang patut dicontoh oleh warga dusun lainnya.

Lalu siapakah sosok yang berperan penting dalam terwujudnya toleransi di Dusun Serero? 

Dialah Amaq Isim(Almarhum),Kepala Dusun Pertama Dusun Serero.Dituturkan oleh Ust.Syamsuddin,M.Pdi yang merupakan anak ke-6 dari Almarhum Amaq Isim.

Syamsudin menuturkan bagaimana awalnya dahulu,ketika ia masih kecil melihat orang tuanya bergaul dengan penganut agama buddha di dusunnya."Setau saya dan yang saya amati ketika masih kecil dulu.Ayah saya sudah biasa bolak balik dari Serero ke Ganjar dengan berjalan kaki.Asal mulanya mereka "Ngadas" sapi,dan di ajak menggembala sapi di Serero.Lalu lama kelamaan di ajak menggarap tanah dengan cara menyewa.

Alm.Amaq Isim-Kadus Pertama Serero.
Seiring perjalanan waktu,penganut budha pun berdatangan satu demi satu, kemudian berdomisili di Dusun Serero.Para penduduk pendatang ini kemudian diberikan lahan pemukiman yang berlokasi sebelah timur TPU Serero.

"Tiap musim tanam,masyarakat budha dari Ganjar ini membantu keluarga kami membajak sawah.Dan setiap ada acara keluarga,pasti mereka yang membawakan kayu bakar,pepaya,dan nangka untuk di masak pada acara tersebut,"lanjutnya.

Hingga kini,ada sekitar 15 KK Umat Budha yang bermukim di Dusun Serero,"Hanya satu yang almarhum ayah saya minta kepada ummat budha,jangan membangun tempat ibadah di Serero,itu saja,"ucap Syamsuddin mengakhiri kisahnya.


Posting Komentar untuk "Kisah Inspiratif Para Petani Berbeda Keyakinan Di Dusun Serero Sekotong Lombok Barat."